Sore

dhani
2 min readJul 15, 2020

Setiap sore saya duduk di depan kaca ini. Memandang ke arah laut. Melihat matahari terbenam. Pelan-pelan suara azan berkumandang, jalanan sepi, dan lampu-lampu mulai bermunculan di kejauhan. Barangkali ini cara Tuhan untuk menguatkan saya.

Di Padang, saya bekerja nyaris tiap hari, sabtu juga minggu. Bertemu banyak orang, membuat sesuatu yang baru, mempersiapkan rencana kerja, dan mengembangkan diri. Memakakan diri untuk bisa lebih baik, lebih berkembang, dan lebih keras memacu diri. Setiap hari pulang malam dan tidur nyenyak karena kelelahan. Sesuatu yang jarang saya temui di Jakarta.

Hal paling sulit dari kepergian adalah mempersiapkan perasaan kehilangan. Kamu harus mengemasi barang-barang, memindahkan benda-benda sepele ke dalam kotak, lalu merelakan. Merelakan bahwa tempat yang ada itu membuatmu nyaman, tidak berkembang, dan terlalu banyak menyimpan kenangan manis.

Perasaan membajak kepala dan membuatmu mengingat hal-hal indah yang pernah kalian jalani bersama. Menyanyi dalam mobil, mempersiapkan mimpi bersama, melihat rumah baru, bercerita tentang rekan kerja yang brengsek, minum kopi susu, atau melihatmu menghabiskan sisa makanan yang kita pesan dengan berlebihan. Segalanya terasa begitu dekat, seperti kemarin baru saja terjadi, tapi selebihnya kita tak bisa merayakan lagi sebagai kekasih.

Kenangan manis tidak selalu membawa kegembiraan. Misalnya tentang ingatan bersama yang bukan lagi kekasih, kebersamaan yang semestinya membawa nostalgia, hanya akan membuatmu terluka. Harapan, juga ketidakmampuan mencerna bahwa kalian telah berpisah, tidak bersama lagi, bisa demikian menyakitkan.

Kamu memutuskan pergi, karena saat ini, pindah adalah keputusan paling masuk akal, paling baik, dan paling bisa kamu terima. Kamu akan baik-baik saja, waktu akan membuatmu jadi lebih kuat. Sementara menunggu kamu sembuh, menyintas dari trauma dan rasa perih, lakukan apapun yang kamu bisa untuk bisa bertahan dari penderitaan itu.

Mungkin kita baru bisa menghargai hidup sendiri ketika dua peristiwa terjadi. Kehilangan orang yang kita sayang atau pergi meninggalkan mereka yang tak lagi peduli. Kamu akan menghargai keberadaan orang terkasih justru saat ia tak ada. Kasih sayang yang kamu dapat diterima sebagai suatu yang terberi. Kamu tak bisa menghargainya.

Lain waktu, saat nasib kecut, kamu ditinggalkan, dikecewakan, kamu akan belajar untuk menghargai lebih dirimu sendiri. Kamu akan menemukan bahwa kamu layak diperlakukan lebih baik. Kamu layak dibahagiakan dan diperjuangkan. Kamu semestinya tidak dibikin memohon untuk bisa berbahagia.

Setiap sore saya duduk di depan kaca ini. Akhirnya hidup akan mengajarkan kita tuntuk terbiasa menerima perpisahan. Suatu hari kita akan menyadari bahwa barangkali memutuskan pergi jauh bukan akhir hidup. Ia hanya peristiwa yang telah lama kita ketahui akan terjadi. Hatimu menguat, perasaanmu mereda, dan sesak di dadamu tak lagi perih.

Seperti matahari yang tenggelam saat senja setiap hari. Besok pagi matahari akan terbit lagi. Kamu akan terus hidup. Kamu tak punya pilihan selain terus hidup. Kehilangan akan mengajarkanmu untuk menghargai segala yang kamu miliki saat ini. Kamu akan belajar untuk jadi lebih baik. Dan jika kamu cukup beruntung, tuhan akan membuatmu jatuh cinta lagi.

--

--

dhani
dhani

Written by dhani

Spinning tales with the remnants of broken hearts, because why waste good pain?

No responses yet