Aku bersyukur masih bisa merasakan apapun hari ini. Ada getir, takut, kecewa, amarah, harapan, dan segala yang menyertainya. Barangkali hidup memang seperti ini, terus menerus bertaruh pada hal yang belum terjadi, dan mempersiapkan diri sebaik-baiknya.
Hari ini aku bersyukur masih punya harapan, masih punya kehendak untuk hidup, masih bisa bangun pagi, minum air, makan kerupuk, dan menyeduh kopi pahit tanpa gula. Kelak, jika kesedihan itu hadir lagi, aku akan merengkuhnya lagi, dan tak apa jika harus kalah sesekali.
Aku takut akan besok, akan apa yang belum hadir, akan apapun yang tidak aku ketahui. Tapi aku akan menyerahkan diriku pada yang memiliki hidup, yang menguasai segalanya, dan aku tahu Ia akan memberikan yang terbaik, meski kadang aku harus berduka, kecewa, dan sedih terlebih dahulu.
Aku merasakan getaran di dada, mulas di ulu hati, atas perasaan-perasaan yang berkelindan ini. Aku berharap akan jatuh cinta lagi, akan memiliki rasa sayang yang utuh, jadi lebih baik, dan belajar untuk menjadi seseorang yang tak malu mengakui salah, sertia berkomitmen untuk memperbaiki apapun yang ada.
Setiap yang hidup akan mati, setiap yang bersama akan berpisah, dan setiap yang berharap akan kecewa. Tapi ini tak menghentikan kita untuk berdoa, untuk memiliki keinginan, bukankah cita-cita serta mimpi membuat hidup kita jadi lebih berwarna? Mungkin warnanya hitam, tapi itu juga warna, meski kadang aku berharap sesekali berwarna jingga dan marun.
Hidup mungkin hanya perkara berharap yang getir dan merelakan yang indah. Di antaranya kita akan menemukan teman, mungkin musuh, tapi sisanya, seperti sore hari dan sepiring gorengan. Kita akan bersyukur bahwa ketika dunia gila, demikian banyak derita serta kebencian, kita masih bisa peduli pada yang lain.