Salad

dhani
3 min readMay 5, 2020

Thaleb, teman kosanku orang Saudi keturunan Solo, mengajakku untuk belanja. Ia bilang jalan kaki saja. Dari kosan ke supermarket tempat kami belanja berjarak sekitar satu kilo. Sejak awal Pembatasan Sosial Berskala Besar aku memilih untuk olahraga jalan kaki.

Tentu aku berusaha mematuhi anjuran pemerintah untuk tidak keluar rumah jika tak penting. Aku menghindari kerumunan dengan lari pada saat jalan sepi. Karena lumayan besar, lapangan di depan tempatku tinggal jadi lokasi favorit. Berjalan atau lari 10 putaran, sudah cukup membuatku berkeringat deras. Sementara bagi Thaleb, itu cuma cemilan. Biasanya ia lari 30 menit sampai satu jam di atas treadmill.

Jika Corona berkembang menjadi pandemi zombie, aku sudah pasti akan jadi mayat hidup.

Sesampai di supermarket, kami berpisah untuk mencari kebutuhan masing-masing. Aku dan Thaleb belanja lumayan banyak. Aku membeli daging ayam, sayur kaleng, sikat gigi, penyegar mulut, makanan ringan dan kopi untuk satpam. Beberapa perintilan lain aku lupa, yang jelas belanjaan aku dan Thaleb sampai 500ribu.

“Kayanya kita perlu berhemat,” katanya.

Aku juga bingung kenapa banyak sekali, aku penasaran apa saja yang aku beli. Tapi kupikir, lebih baik nota belanja diperiksa di kosan. Kami pulang dengan jalan kaki lagi. Saat berangkat langit masih terang. Kemudian saat kami pulang langit sudah gelap dan lampu-lampu menyala. Dari jembatan penyebrangan aku melihat jalan raya, motor dan mobil masih lewat, seperti tak pernah ada wabah dan kota ini masih baik-baik saja.

Tasku berisi daging, telur, tomat, susu kedelai, yogurt, dan sebungkus salad. Aku tak makan sayur sama sekali sejak kemarin. Kupikir ini bakal jadi pengganti yang segar, berlalih dari sarden dan mie rebus, ke makanan yang bernutrisi. Tak aku ketahui, sebungkus plastik salad itu berharga 43 ribu. Cukup untuk membeli dua kilo telur dan empat liter beras. Berak.

Thaleb bilang harga-harga sayur, buah, dan daging di Indonesia murah. Ia bercerita rambutan dan kelengkeng di Saudi bisa 70ribu rupiah. Di sini dia bisa makan sampe puas hanya modal 50ribu. Sejak Corona ia berusaha berhemat, belakangan dia mengeluhkan harga bawang bombay.

“170 ribu cuma dapat empat biji, mahal sekali. Mending beli daging,” katanya.

Di Saudi, Ibu Thaleb yang orang Solo, sering menjual makanan. Mulai dari pastel sampai sate ayam. Dia bilang makanan orang Indonesia laku di Saudi karena murah dan enak. Dengan modal 400ribu beli daging mereka bisa untung bersih sejuta. Itu didapat hanya dalam satu hari kerja, tapi karena tenaga terbatas, usaha ini tak diseriusi.

Saat Thaleb studi kedokteran di Yaman, katering ibunya berhenti tak ada tenaga.

Thaleb cuma setahun di Yaman, invasi Saudi membuat dia putus sekolah. Ia lantas bekerja di Indonesia sembari melanjutkan kuliah di jurusan lain. Sejak karantina, kami berdua sering masak bersama. Selain untuk menekan biaya jajan, masakan Thaleb cocok bener di lidahku.

Kami terus ngobrol di jalan dan sampai kosan tepat sebelum azan isya. Kami membuka belanjaan dan daftar harga. Sialan, aku mengambil telur omega. Enam bij 25ribu, telur biasa bisa dapet sekilo lebih. Aku jadi sadar mengapa ibuku benci sekali jika aku dan saudara-saudaraku makan di luar.

Saat sekolah Ibu pernah mengomel panjang karena aku membeli tahu telur seharga 4.500. Ibu bilang dengan uang seribu aku bisa beli 10 biji tahu atau telor seperempat. Bumbu kacang, bawang putih, petis sudah ada di rumah. Modal 2000 bisa buat makan orang banyak.

Karena lelah dan lapar sehabis jalan dan olahraga, aku dan Thaleb segera memasak. Ia bikin sandwich dengan telur dan tomat. Aku memasak cumi dan ampela. Sembari menunggu matang, aku membuka Instagram. Salah satu story yang menarik perhatianku berasal dari akun bagirata. Jika kamu tak tahu bagirata, coba kamu buka situsnya bagirata.id.

Situs ini semacam saweran maya. Jika kamu punya simpanan uang, penghasilan lebih, atau uang ekstra dan ingin membantu sesama pekerja terdampak corona, kamu bisa dengan mudah menyalurkan langsung ke mereka yang membutuhkan. Cukup buka pake hape, pilih sebagai donatur, cari pekerja yang membutuhkan sesuai kriteriamu, lalu transfer pake gopay, dana, atau apapun yang kamu miliki.

Story bagirata kebanyakan ucapan terima kasih dari para penerima donasi. Salah seorang dari mereka bercerita, Bahwa pagi ini ia dapat bantuan 100 ribu lalu bisa buat beli beras, minyak goreng, dan bawang-bawangan. Cerita lain juga mirip. Ucapan terima kasih karena menerima bantuan uang tunai. Besarannya mungkin tak sampai 100 ribu tapi bagi mereka, uang itu bisa untuk makan seminggu, membeli susu untuk anak, sampai membantu orang tua yang kesusahan.

Tiba-tiba salad 43 ribu yang kumakan rasanya hambar. Thaleb kemudian menawariku roti buatannya.

--

--

dhani
dhani

Written by dhani

Spinning tales with the remnants of broken hearts, because why waste good pain?

No responses yet