Sakit

dhani
2 min readJan 12, 2022
Cock illustrated by Charles Dessalines D’ Orbigny (1806–1876). Digitally enhanced from our own 1892 edition of Dictionnaire Universel D’histoire Naturelle.

Ibu saya telpon dengan suara bergetar. Ia bilang, kakak saya sakit dan perlu operasi. Ia tak menjelaskan detil apa yang membuat kakak perlu dioperasi, saya sempat menghubungi kakak, dan seperti biasa ia bilang tak perlu khawatir. Segalanya akan baik-baik saja.

Saya ingat ketika umur enam atau tujuh tahun, saya nyaris meregang nyawa karena demam berdarah. Selama berjam-jam saya merasa kesakitan, kedinginan, keringat mengucur, saya berada di antara tidur dan sadar. Saya ingat semua orang panik tapi tak bisa merespon apapun.

Kabar ini membuat saya gelisah. Beberapa malam terakhir tak bisa tidur, beberapa kali menangis, karena tahu sakit yang diderita itu tidak mudah, ia mengerikan, dan seringkali menyiksa. Mereka yang bertahan dan menyembunyikan sakit itu kadang tahu, lebih mudah menahan derita sendiri daripada melihat orang yang kita sayang khawatir.

2022 baru berjalan dua minggu, saya awalnya memulai tahun ini dengan harapan-harapan, mimpi-mimpi yang kuanggap bisa tercapai. Saya memulai segalanya dengan optimisme dan juga rasa percaya diri. Tapi segalanya seperti runtuh, hancur berantakan, karena orang yang kamu sayang sedang bertaruh nyawa melawan sakit.

Saya yakin tahun ini akan membawa kebaikan, awalnya kukira begitu, tapi kabar duka, kehilangan, dan juga penderitaan datang silih berganti. Perasaanku rusuh, beberapa orang yang saya kenal meninggal, yang lain sakit, dan yang mengerikan adalah saya tak bisa hadir di sana untuk menemani mereka.

Hatiku remuk karena hanya bisa menelpon dan mengirimkan pesan. Saya tak bisa ada, tak bisa berbagi duka. Sakit itu selalu pandai bersiasat dalam sembunyi. Ia diam-diam menikammu pada saat yang tidak terduga. Kadang datang dengan gejala yang demikian ringan, sepele, hingga segalanya terlambat dan kamu harus menghadapi serangkaian pengobatan yang berat dan melelahkan.

Sesungguhnya saya takut, cemas, merasa penderitaan dan rasa perih yang hadir dari gejala penyakit akan membuat kita tak berdaya. Saya merasakan teror yang luar biasa. Apakah akan punya waktu bertemu dengan orang yang disayang? Apakah pandemi ini akan berakhir dan apa yang bisa kita lakukan jika tak sempat berjumpa?

Sakit itu sunyi, sakit itu berat. Jaga kesehatan. Saya pernah menderita seminggu karena batu ginjal, nyaris mati karena demam berdarah, tak berdaya karena gerd, semoga dari kita diberi kekuatan dan kesehatan.

--

--

dhani
dhani

Written by dhani

Spinning tales with the remnants of broken hearts, because why waste good pain?

Responses (1)