Pisah

dhani
3 min readDec 15, 2021

Nasib terbaik manusia adalah jatuh cinta lantas bersama. Nasib terbaik kedua adalah berpisah, lantas mampu hidup dengan layak sesudahnya. Kita kadang menganggap bahwa perpisahan adalah hal buruk, seseorang dipaksa untuk ada di tempat yang sama, tanpa peduli derita yang dialami.

Kukira, seperti juga jadian, putus itu juga semestinya dirayakan dengan kegembiraan. Kamu tahu? Seperti pertemuan dengan orang yang benar-benar mencintaimu, berpisah dengan orang yang membuatmu menderita atau memanfaatkan kebaikanmu, adalah berkah yang mesti disukuri.

Aku perlu belajar banyak untuk melepas nilai-nilai lama yang kuangggap benar. Seperti bersabar dalam hubungan yang beracun, bertahan menghadapi pernikahan yang abusive, atau menerima permintaan maaf tanpa ada perubahan.

Beberapa temanku memutuskan untuk putus, beberapa yang lain memutuskan untuk bercerai. Keduanya dilakukan dengan sadar dan keputusan yang tepat. Mengapa harus malu? Mengapa harus takut? Dan yang lebih penting, mengapa harus dengar omongan orang?

Tiga hal tadi yang membuatku yakin bahwa perpisahan, seperti juga pertemuan, adalah hal yang personal. Saat kamu mencintai seseorang, kamu mencintainya dengan keintiman. Hanya kamu dan orang yang kamu cintai. Lantas saat berpisah, segala perasaan yang kamu alami juga personal. Hanya kamu dan orang yang kamu tinggalkan paham, mengapa itu harus dilakukan.

Perpisahan dirayakan karena banyak hal. Misalnya lepas dari derita, berhenti membiarkan kita disakiti, dan menghormati diri sendiri sebagai orang yang layak dicintai dengan benar. Salah satu bentuk tertinggi mencintai diri adalah berhenti membiarkan orang lain menyakiti kita.

Beberapa dari kita melihat pacaran, pernikahan, atau kebersamaan sebagai satu hal yang ajeg. Saat kita berpisah atau bercerai, berarti sebagai manusia kita gagal. “Susah lho dapet yang kaya dia,” atau “Kalau kamu pisah ntar ngga ada yang mau,” Komentar semacam itu lahir dari pikiran bahwa kita harus rela disakiti untuk bisa bahagia.

Mereka tak pernah tahu rasanya disakiti dan harus menyimpan segalanya dalam diam. Mereka tak tahu segala potensi dan kemampuan diri dilucuti agar bergantung pada pasangan. Orang-orang kadang terlalu pandir untuk menyadari bahwa tidak semua perpisahan itu membawa bencana, kadang itu satu-satunya cara paling masuk akal untuk bisa selamat.

Banyak dari kita menahan penderitaan sendirian karena tak ingin membebani orang lain. Kita menyembunyikan luka, penyiksaan, kekerasan, perselingkuhan bahkan kepada orang terdekat, karena tak ingin mereka menderita. Kadang mereka hanya melihat kita bahagia di luar, tapi tak pernah berbagi derita yang ada di rumah.

Tapi mengapa membiarkan diri dibuat demikian kerdil? Mengapa syarat bahagia harus mau dipukuli? Mengapa syarat untuk bisa hidup gembira adalah harus bersedia dibohongi? Mengapa syarat untuk bisa dicintai harus mau diselingkuhi? Hal-hal bopeng yang kita toleransi ini, pada akhirnya menurunkan kualitas hidup.

Berpisah bukan berarti kita invalid, lemah, salah, atau rusak. Kukira berpisah adalah tanda, pada satu titik kita tak lagi bisa bersama. Dalam banyak cerita, mereka yang berpisah tak mau jatuh cinta lagi. Meskipun kita tahu bahwa tak ada cinta yang sama. Kamu mungkin tidak akan pernah mencintai seseorang seperti kamu mencintainya.

Setiap perasaan yang ada setelah kita berpisah adalah sah. Kamu akan belajar untuk bisa mencintai lagi. Kita akan belajar untuk mencintai lebih baik lagi. Mungkin kamu akan menemui perasaan yang tak berbalas. Atau kamu menemui cinta yang sehat yang membuatmu merasa bahwa dirimu layak dicintai.

Hubungan yang baik adalah lahir dari perasaan tulus, yang membuat kita merasa bahwa kita tak sulit untuk dicintai. Kita tak butuh syarat, kita tak perlu kerja keras, karena cinta jadi seperti hal yang wajar. Seperti nafas, seperti angin, seperti air, dan selebihnya kita berharap bahwa cinta akan memperlakukan kita dengan layak.

Kita menganggap hal-hal wajar seperti kesetiaan, sikap ramah, lemah lembut, sebagai capaian luar biasa, hingga akhirnya melihat bahwa kekerasan, perselingkuhan, dan manipulasi sebagai hal yang wajar. Kadang aku ingin meyakinkan diri sendiri bahwa aku layak dicintai. You are not selfish. You’ve made yourself the priority and stopped letting others take advantage of you.

Jika kamu ingin berpisah, jika kamu ingin bercerai, keraguan membuatmu merasa harus bertahan, lantas menunggu pesan atau wangsit untuk bisa pergi dari hubungan yang menyakitkan, maka pisahlah. Gunakan ini sebagai tanda, kamu berhak bahagia.

--

--

dhani
dhani

Written by dhani

Spinning tales with the remnants of broken hearts, because why waste good pain?

Responses (7)