Namanya Leila Khaleed. Ia seorang perempuan, seorang komunis, seorang teroris dan ia adalah seorang pejuang palestina. Leila baru berusia 15 ketika ia bergabung dengan Arab Nationalist Movement (ANM),yang didirikan oleh Kristen Arab George Habash. ANM adalah embrio dari partai komunis palestina atau Popular Front for the Liberation of Palestine.
10 tahun kemudian Leila bersama kelompok komunis lain melakukan pembajakan pesawat TWA Flight 840. Sejak saat itu pamor Leila sebagai seorang komunis pejuang Palestina semakin moncer dan PFLP sebagai salah satu pejuang kemerdekaan palestina dianggap sebagai salah satu organ berbahaya di timur tengah karena dianggap radikal.
Selepas Leila Khaled munculah perempuan komunis radikal lain bernama Shireen Said. Said lahir pada 1985 di kamp pengungsian Jabalya, di mana Intifada pertama diinisiasi oleh “children of the stones”. Ia berkata bahwa pengalamannya sebagai anak anak adalah pengalaman tentang Intifada pertama, saat remaja ia terpukau dengan ide-ide sosialisme dan perjuangan kelas melawan zionisme dan memutuskan bergabung dengan PFLP.
Ketika agresi Israel terjadi beberapa tahun lalu FPLP melalui laskar perempuan mereka melakukan assesmen, pendampingan trauma dan tentu saja bantuan kemanusiaan. Khaled malah menyerukan agar para perempuan-perempuan di jalur gaza dan tepi barat giat aktif dalam usaha rekonsiliasi antara fatah dan hamas serta penyelamatan tahanan-tahanan politik perempuan di Israel.
Khaled dan Said percaya perempuan perempuan Palestina adalah kunci penting kemerdekaan. Perseteruan antara Hamas dan Fatah membuat Palestina menjadi sangat rentan. Untuk itu, menurut Khaled, hanya bisa selesai dengan intervensi kaum perempuan. Jika hamas dan Fatah bersatu maka seluruh Palestina bisa fokus pada upaya menghadang penjajahan Israel.
Sampai di sini bisa anda bayangkan? Seorang Komunis, Perempuan, dan Radikal menjadi ikon perjuangan kemerdekaan Palestina. Bayangkan perasaan ustad-ustad sosial media di Indonesia. Bayangkan mereka yang mengatakan bahwa komunisme musuh islam dan perempuan sebaiknya di rumah saja. Jika sudah kita lanjutkan lagi ceritanya.
Pada 1978 Fred Halliday menulis The Early Communism in Palestine untuk Journal of Palestine Studies. Ia mengatakan bahwa akar komunisme bisa dilacak di Palestina hingga 1920, jauh sebelum okupasi Israel. Temuan Halliday lantas dikuatkan oleh Alexander Flores, yang menulis Recent studies on the history of the Palestine Communist Party. Dalam tulisan itu terungkap sumber desertasi dari Suliman Bashear, The Arab East in Communist Theory and Political Practice, 1918–1929.
Halliday menggambarkan bagaimana orang orang eksil Palestina berusaha untuk memperjuangkan hargat, martabat dan kemerdekaan Palestina. George Habash seorang kristen adalah dokter lulusan Beirut yang dijuluki sang bijak. Habas bersama Yaser Arafat dan penyair masyur Palestina Mahmoud Darwish adalah karib yang kerab menjadikan Palestina di atas segala-galanya.
Di Rammalah setiap 1 Mei hari buruh dirayakan secara besar besaran. Rakyat miskin kota, kelompok buruh, pejuang dan apapun yang bisa anda sematkan bergabung. Menyerukan boikot dan kutukan terhadap okupasi dan kolonialisme zionis. Sesuatu yang mungkin agak sulit diterima akal sehat di Indonesia yang menganggap bahwa marxisme dan islam tidak bisa sejalan.
Yaser Arafat adalah seorang muslim yang penuh paradoks. Presiden Palestina pimpinan PLO itu merupakan seorang marxist yang memiliki kedekatan dengan tokoh tokoh kiri dunia. Seperti Fidel Castro di Kuba dan Daniel Ortega di Nikaragua. Malah beredar pula foto Yasser Arafat muda dengan Vasali Samoylenko dari KGB.
Oleh karena itu, agak geli rasanya melihat seorang muslim yang mengaku mencintai Palestina lantas demikian benci pada Kristen dan Komunis. Karena ya itu akar sejarah mereka di Palestina demikian dalam dan menjadi salah satu pihak yang paling galak berjuang untuk kemerdekaan Palestina.
Mahmoud Darwish pernah menulis sajak getir yang kira kira artinya, Di Palestina, tidaklah sepasang kekasih menerima cinta mereka kecuali berujung dua hal. Menjadi martir atau syuhada.