Mungkin aku masih kecewa, masih terluka, dan tidak menyadari itu semua. Aku hanya berharap kita bisa bersama lagi, melupakan bahwa dalam pertikaian ini, aku juga terluka, aku juga menderita, dan aku juga tersakiti. Kukira ini hal yang baik, karena perasaan cintaku lebih besar dari rasa sakit yang aku alami. Kukira ini hal yang baik, karena keinginanku untuk bersama lebih besar daripada kemarahan yang kamu buat.
Mungkin aku pura-pura tidak menyadari bahwa butuh dua tangan untuk bertepuk menghasilkan bunyi. Melupakan bahwa barangkali dalam kerusakan hubungan kita, kamu juga punya andil, aku juga punya peran, tapi aku memaksakan diri untuk berusaha menoleh ke tempat lain, ketimbang fokus pada sumber masalah. Aku tak mau sendiri, aku tak mau menderita, dan aku tak ingin kesepian.
Mungkin aku sudah kehabisan jalan atau aku sudah tak berdaya. Barangkali akal sehat bukan hal yang penting lagi. Atau mungkin karena aku tak ingin menjelaskan ini dengan logika. Aku hanya ingin bersamamu, aku hanya ingin memperbaiki ini, dan aku hanya ingin bisa kembali bersama. Aku sengaja menolak berpikir, menolak menjelaskan, dan menolak memahami apa yang salah. Sampai akhirnya perasaan sakit itu datang lagi dan lagi.
Mungkin aku hanya takut. Aku tak pernah benar-benar bisa menunjukkan cinta, menunjukkan rasa sayang, sampai pada akhirnya semua terlambat. Aku lelah disalahkan atas sesuatu yang tak pernah sengaja aku lakukan. Aku lelah dianggap tak berusaha hanya karena caraku berusaha berbeda dengan ekspektasimu. Aku lelah dan takut menghadapi isi pikiranku sendiri, cemas akan sesuatu yang belum terjadi.
Mungkin aku hanya ingin sembuh dari penderitaan yang aku bikin sendiri. Aku tidak mau merasa bersalah, membuat skenario-skenario rumit di dalam kepalaku, menganggap diri sebagai orang jahat, tak bisa memperbaiki keadaan, dan hanya bisa merasa tak berguna. Aku ingin semua perasaan tidak berdaya ini hilang. Aku hanya ingin punya kesempatan untuk mencintai diri sendiri sebelum mencintai orang lain.
Mungkin yang paling sulit dari semua ini adalah mengakui mungkin memang kita tak pernah akan bisa kembali lagi. Terlalu banyak kesempatan yang diberikan tapi gagal diperjuangkan. Terlalu banyak rasa sakit yang dipendam dan tak terobati. Terlalu banyak keinginan bersama, tapi terlalu sedikit usaha untuk memahami mengapa. Terlalu banyak harapan-harapan tentang masa depan, tapi terlalu sedikit menyadari masalah saat ini.
Mungkin memang kita tidak sepatutnya bersama lagi. Tidak sampai kamu benar-benar sembuh dan memaafkan. Tidak sampai aku benar-benar berubah dan lebih baik. Sementara kamu pulih dan menyembuhkan diri, ada baiknya aku tidak ada di sana. Jika dan memang jika kita benar-benar telah memaafkan satu sama lain, menjadi lebih dewasa, mungkin jika kita bernasib mujur. Kita akan bertemu lagi. Entah sebagai teman atau sebagai orang asing.
Mungkin.