Litbase

dhani
2 min readJul 29, 2021
People reading books (1895) print in high resolution by Edward Penfield. Original from The New York Public Library. Digitally enhanced by rawpixel.

Sejak pindah ke Jogja pada awal tahun ini, nyaris setiap hari saya isi dengan membaca buku. Kesepian tentu saja. Pandemi membatasi gerak manusia dan pertemuan bisa jadi kegiatan yang mencemaskan. Internet memberikan jawaban. Di Twitter saya menemukan akun @literarybase, Ia mengingatkan saya pada masa lalu. Ketika segalanya mudah dan persoalan hanya perihal menabung uang saku untuk membeli buku.

Di @literarybase saya menemukan orang-orang yang mencintai buku. Mereka yang dengan gemilang terbuka berbagi kecintaan mereka terhadap bacaan. Saya merasa menemukan kawan lama yang hilang. Mereka yang pergi jauh dan di tempat yang asing, Twitter, kami berjumpa lagi.

Sejak SD saya jatuh dengan membaca. Di perpustakaan SD Muhamadiyah yang kecil, terletak di ruang guru, saya adalah murid yang menghabiskan waktu istirahat untuk membaca buku di sana. Hanya sedikit buku anak-anak di perpustakaan itu dan nyaris semuanya sudah saya baca.

Kegembiraan membaca buku rasanya hanya kalah dengan main gim. Bertahun kemudian ketika saya masuk SMA, nyaris jarang sekali membaca buku kecuali untuk keperluan tugas. Waktu dihabiskan untuk main PS dan buku hanya sekedar waktu luang yang tak penting.

Interaksi pengguna twitter di @literarybase membuat saya ingat perasaan-perasaan yang lampau. Kegembiraan memegang kertas, membaca buku, berteriak, berbagi kutipan, berbagi buku, jual-beli buku, berdebat, dan segala yang ada di antaranya. Serupa lapangan bermain yang diisi teman-teman sebaya dengan kegemaran yang sama.

Sepanjang tahun kemarin depresi membuat saya nyaris tak berguna. Saat menemukan akun pembaca ini, saya kemudian menemukan teman-teman baru, pembaca yang menginspirasi. Mengaktifkan kembali akun goodreads, membaca ulang buku buku lama yang dimiliki, dan menulis kembali ulasan tentang buku-buku yang digemari.

Akun @literarybase tak hanya sekadar berbagi, tapi ia juga membentuk komunitas, ekosistem pembaca yang saling berbagi dan terus tumbuh. Saya selalu gembira membalas pesan-pesan yang ada, gemas membaca komentar-komentar naif perihal bacaan kesukaan. Komunitas yang nyaris bersih tanpa ada penghakiman.

Hari ini @literarybase ulang tahun. Saya ingin mengucapkan banyak terima kasih atas keberadaan akun ini. Sebagai ekosistem, sebagai komunitas, pembaca baru dan lama seperti mendapatkan tepuk hangat di pundak. Ia karib lama yang membawakanmu teh hangat dan menemanimu makan pisang goreng setelah kerja panjang seharian.

Saya berharap kalian akan terus berkembang, lintas generasi, lintas komunitas, lintas pembaca.

--

--

dhani
dhani

Written by dhani

Spinning tales with the remnants of broken hearts, because why waste good pain?

No responses yet