I’ve been sleepless at night
’Cause I don’t know how I feel
I’ve been waiting on you
Just to say something real
Saya pikir hal paling sulit dari olahraga adalah bergerak. Ternyata, menjadi konsisten itu lebih sulit. Langkah pertama itu mudah. Lanjut bergerak hingga kamu sampai pada langkah ke 6000, saat kakimu merasa nyeri, dadamu mulai sesak karena kehabisan nafas, atau saat kepalamu mulai pusing, itu semua tidak seberapa. Menjadi konsisten, terus menerus bersetia pada dirimu sendiri, itu lebih susah.
Saya mulai bergerak, olahraga dan jalan kaki 3 kilo setiap hari sejak merasakan sesak di dada akibat masalah personal. Saya tak pernah menyangka ikhtiar ini bisa demikian membebaskan. Saya memulai perjalanan ini awalnya hanya satu putaran di lapangan, lalu satu putaran di komplek perumahan, hingga akhirnya bisa mengelilingi jalan raya dan menempuh jalan yang lebih jauh.
Awalnya saya hanya ingin rasa sakit di dada itu hilang, lantas berharap rasa sakit yang lain, entah kelelahan atau kecapean, akan membuat saya melupakan perih itu. Saya tidak ingin rasa sesak, harapan yang tidak berbalas, dan keinginan untuk menyakiti diri menang. Saya berjalan satu langkah, dua langkah, hingga pada akhirnya jalan lima kilometer sehari bukan lagi hal yang melelahkan.
Jalan kaki mengingatkan saya bahwa sendiri bukan hal yang begitu menakutkan. Setiap hari, selama nyaris tiga minggu terakhir, saya berjalan sendirian. Menelusuri jalan, mendengarkan lagu, berpikir, dan kadang menghayalkan skenario-skenario ajaib dalam kepala. Apakah saya akan bahagia tanpa pasangan? Apakah saya akan bisa hidup tanpa orang lain? Apakah saya butuh orang lain untuk bisa menentukan masa depan?
Semua jadi lebih mudah ketika menyadari bahwa saya tak bisa memaksakan semua hal. Saya perlu merelakan yang tak bisa saya kendalikan. Membuat boundaries, bahwa saya bisa bahagia sendirian, saya tak bisa memaksa orang lain menerima saya, saya bisa berusaha keras tapi tak bisa memaksa orang lain melakukan hal serupa, juga menerima kenyataan bahwa ada hal-hal yang mesti diakhiri agar bisa jadi lebih baik.
Sehari setelah saya berjalan jauh lima kilometer, tubuh saya merasakan sakit. Kaku, nyeri, dan pedih tiap bergerak. Saya menyadarinya sebagai proses perubahan. Bahwa tubuh saya beradaptasi dengan pola hidup yang baru. Saya tumbuh, saya berbeda dari sehari sebelumnya, dan menjadi lebih baik. Menyadari, merengkuh, dan merasakan sakit itu adalah proses dari perubahan itu sendiri.
Saya percaya bahwa tak ada perubahan yang gampang. Setiap proses butuh waktu dan setiap perubahan pasti akan membuat kita tidak nyaman. Rasa pedih, penderitaan, dan ketidakberdayaan adalah bagian yang tak bisa dihindari. Menghadapi semua satu persatu, hingga kelak kita bisa berada pada posisi yang lebih baik. Kadang kamu hanya butuh percaya pada dirimu sendiri.
Langkah pertama tak pernah bisa mudah. Hari pertama setelah kamu berpisah, hari pertama setelah kamu ditolak, hari pertama setelah kamu kecewa. Semua akan membuatmu jatuh, ingin menyerah, dan berlindung dari rasa tidak nyaman itu. Tapi yakinlah, kamu bisa menghadapi itu semua, kamu hanya perlu mengambil langkah pertama, lalu kedua, lalu ketiga, hingga akhirnya kamu sampai di tujuan.
Kamu mungkin tidak bisa melihat perubahan itu segera. Satu bulan, satu tahun, satu dekade, dari kerja keras dan konsistensi itu pasti akan membuahkan hasil. Percayalah bahwa apa yang kamu lakukan adalah hal yang baik dan kamu melakukan itu untuk dirimu sendiri.
Dengan harapan, bahwa kesalahan, atau pola hidup tak sehat yang pernah kamu jalani sebelumnya, tidak akan membuatmu buruk. Percayalah pada dirimu sendiri.
There’s a light on the road
And I think you know
Morning is coming
And I have to go