Bagian paling mengerikan dari mengingat adalah kita tak pernah bisa memesan perasaan yang menyertainya. Kamu berusaha mengingat film pertama yang kamu tonton bersama pacarmu, wangi bioskop saat itu, makanan yang kalian makan sebelumnya, ciuman pertama sebagai pasangan kekasih, dan yang hadir malah perasaan-perasaan getir karena kamu baru ingat, kalian sudah berpisah.
Seperti Saeki yang meminta Nakata untuk membakar seluruh manuskrip yang ia tulis. Kita mengingat bagaimana Murakami menjelaskan peristiwa di masa lalu. “Kenangan,” tulis Murakami dalam Kafka on the Shore, “akan membuatmu merasa hangat. Tapi kadang ia akan menghancurkanmu berkeping-keping.”
Kita kemudian membenci masa lalu. Menganggapnya sebagai biang kerok kemunduran. Mereka yang berkubang dalam masa silam dianggap beban, tak mau maju, tolol, dan mengasihani diri sendiri. Mereka yang terjebak ini tidak bisa melangkah ke depan, selalu menengok ke belakang, dan berharap yang telah selesai akan terulang kembali. Tapi siapa yang benar-benar kebal akan melankoli masa lalu?
Kita mengenal asal usul fasisme dari kebanggaan semu akan masa lalu. Kejayaan Roma yang menjadi cikal fasisme di Itali atau kebanggaan Helenistic yang menjadi bahan bakar Hitler untuk memuja kemurnian bangsa Arya. Masa lalu menjadi bahan untuk mempersatukan kebencian, kemudian menganggap segala persoalan yang terjadi hari ini karena gagalnya menjaga tradisi masa lalu.
Kita melakukan glorfikasi masa silam sebagai kondisi yang ideal, meski kadang ia menghadirkan luka dan trauma yang demikian pedih. Dalam sajak Pleidoi Malin Kundang, Indrian Koto, menggambarkan dengan muram masa lalu sebagai peristiwa mengerikan yang membuatnya merasa jijik akan diri sendiri
karena jarak mengajarkan rindu
maka, izinkan aku mengangkat sauh, ibu
sejak dulu, aku ingin karam di laut yang jauh
agar aku tak melulu diserbu sesal yang gaduh
sebagaimana kau tahu,
tanah ini menyimpan kesakitan masa lalu
bagi lelaki seperti aku
Masa lalu adalah aib dan ini membuat Malin Kundang menciptakan identitas baru. Malin Kundang yang kaya, sukses, terkenal, bukan anak kampung melarat yang punya dendam akan kemiskinan. Kutukan menjadi jawaban karena Malin berusaha menghilangkan akar identitasnya, melibas trauma masa silam dan menganggapnya tak pernah ada. Singkat kata, kutukan terjadi karena Malin menolak menghadapi masa lalunya.
Ingatan adalah sekumpulan berandal yang datang menodong perasaan. Kerap kali ia datang tanpa diundang, memaksa kita memeriksa kenangan, dan menghadirkan perasaan yang menyertainya. Seperti rambut ekor kuda yang bergerak ke kiri dan ke kanan di sebuah mall, senyum manis setelah makan sate usus dan sambal yang pedas. Detil-detil mesra yang hanya kita mampu menerjemahkan artinya.
Ini yang membuat “Eternal Sunshine of the Spotless Mind” (2004) menjadi istimewa. Obsesi melupakan dan menghapus masa lalu sebenarnya adalah mekanisme rasional dari tubuh kita untuk menghindari rasa sakit. Berbeda dengan luka fisik yang bisa sembuh, trauma dan sakit karena luka batin akibat peristiwa masa lalu tak akan pernah sembuh. Ia akan terus muncul, lagi dan lagi.
Joel dan Clementine, karakter dalam film itu, menggambarkan bagaimana respon kita terhadap perpisahan yang getir, peristiwa yang traumatik, dan juga upaya menyembuhkan diri usai berakhirnya sebuah hubungan. Kita bisa menegak minuman keras, berusaha memulai hubungan baru, atau bahkan menghapus ingatan. Tapi selama pangkal persoalan dari trauma itu tak dihadapi, ia akan terus ada dan terus menghantui bahkan jika secara sadar kita berusaha melupakannya.
Lalu apakah kamu pikir aku akan berani menghadapi masa lalu dan menghadapi trauma? Kukira ini hanya soal waktu. Aku pribadi masih sulit untuk berdamai dengan ingatan, juga trauma masa lalu. Sampai hari ini lari dan bersembunyi menjadi keputusan yang paling masuk akal. Kerap kali, kupikir, ini cara terbaik untuk tetap waras.
Memelihara kenangan dan sesekali mengingatnya adalah cara kita untuk tetap jadi manusia. Tak peduli seberapa menderita kamu ketika mengingat satu hal, kadang kamu tak ingin ingatan itu hilang. Karena hanya dengan itu kamu bisa berkembang, membuatmu jadi lebih besar, membuatmu jadi lebih pejal dan lebih keras.