Apa yang kurasakan saat menulis.
Menulis membuatmu sadar bahwa ada banyak kata untuk menjelaskan sedih. Kamu bisa mendeskripsikan hujan, metafor gelas pecah, atau sebuah kamar yang berantakan untuk menunjukkan betapa jiwamu sedang terganggu. Menulis memberikanmu kebebasan untuk menerjemahkan perasaanmu, seperti penutur yang fasih, seperti air yang jernih, ia membuat gagap bicaramu jadi jelas dipahami.
Menulis membuatku tenang. Ia membantuku memahami diri sendiri. Seperti saat aku cemas, menulis membantu mengidentifikasi setiap perasaan yang ada. Menulis memberiku kebebasan untuk menjadikan diriku karakter utama. Tak perlu takut untuk jadi salah. Aku belajar dari tragedi, lantas membuat fiksi dari kisah yang ada. Lalu ketika semuanya baik-baik saja, menulis membantuku menjelaskan kebahagiaanku.
Aku tak perlu takut kehabisan kata. Rindu, kangen, dan keinginan bertemu bisa dipermudah dengan kata yang lain. Aku tak harus menjelaskan cinta padamu, aku hanya perlu menggunakan bahasa yang lain, dan tentu dengan kata-kata akan membuatku lebih bisa dipahami.
Ini adalah tulisan terakhirku dari kompetisi 30 hari menulis. Setelah ini aku akan mengambil jeda untuk libur. Rata-rata aku menghabiskan empat jam di sosial media termasuk instagram. Rasa cemas dan ketakutan mengejar. Aku berharap kamu bisa paham. Oh iya aku mempertimbangkan untuk membuat karyakarsa. Menulis tentang kesehatan mental, motivasi, dan semangat. Aku berharap bisa hidup dari menulis.
Begitu saja. Sehat selalu ya.