Hari ketiga

dhani
2 min readSep 13, 2020

A Memories:

Lucunya, aku tak punya kenangan penting untuk ditulis. Kukira aku tipe orang yang punya kapasitas ingatan terbatas dan harus menghapus ingatan-ingatan yang kurang signifikan. Ini dilakukan bukan karena aku ingin, proses ini terjadi begitu saja. Ada detil-detil yang hilang, tapi tidak semua, seperti ingatan tentang ibuku, saat aku sekolah, pertemuan pertama dengan perempuan yang aku sayang, sampai segala hal yang menyakitkan.

Kenangan punya cara ajaib dalam bekerja. Ia bisa muncul begitu saja dari wangi soto, membawamu ke peristiwa yang lampau, saat kamu masih kuliah, naif dan percaya segala hal di dunia masih punya kebaikan. Ia juga bisa hadir dari sebuah lagu, Shawn Mendes, meski bukan jenis penyanyi yang akan kamu ingat, tapi lagunya membawamu ke ingatan yang partikular. Seorang perempuan yang kamu sayang, tapi kamu sakiti dan tak bisa memenuhi janji padanya.

Kenangan juga bisa seperti fragmen cerita dari komik Paman Gober. Sebuah perusahaan bernama PT. Licik dan Licin, menipu Donald dan tiga keponakannya. Cerita yang sederhana, tidak rumit, dan menyenangkan. Dunia seperti baik-baik saja, sederhana, perkara sulit hanya keinginan menolak tidur siang, dan bukan wabah panjang bernama Corona. Saat itu kamu hanya ingin lebih banyak bermain, membaca buku, dan menonton film usai dunia dalam berita pukul 19.30 WIB.

Kenangan juga bisa hadir dari lokasi. Kondisi geografis yang spesifik. Sebuah pantai di Jogja, sebuah hotel di Bali, sebuah toko di Tangerang, dan segala yang ada di antaranya. Kita berpikir hidup hanya perkara mengingat wajah. Kukira rumah bukan hanya tempat, ia juga perasaan, sesuatu yang kamu alami bersama. Tak perlu harus jauh, ia sangat dekat, dan tentu saja personal. Ingatan itu hanya milikmu dan hanya kamu yang bisa mengakses seluruh cerita di dalamnya.

Kenangan adalah luka. Tentang kata-kata yang menusuk, tragedi yang diremehkan, juga harapan untuk bisa kembali bersama seseorang yang pergi. Kamu mungkin merasa segalanya berakhir, semuanya hancur, tapi hidup akan terus berlanjut. Apa yang kamu anggap ledakan besar trauma, barangkali ia hanya riak kecil dari jagat raya. Kamu tak akan pernah bisa memahami betapa luas hidup dan betapa sepele penderitaan yang kamu alami. Segalanya akan terus bergerak, suka atau tidak kamu akan keputusan hidup yang diambil.

Ingatan juga bisa hadir setelah kehilangan. Saat duniamu terasa runtuh, saat segala yang kamu miliki hancur, saat kamu merasa rapuh. Kamu akan ingat bahwa kamu tidak sendiri, kamu memiliki teman, memiliki seseorang untuk dijaga, seseorang yang berharga dan akan membantumu, kukira ini klise. Tapi kamu akan ingat hal yang berharga bagimu, justru setelah kehilangan. Teman yang baik, keluarga yang hangat, dan orang tua yang peduli. Sesuatu yang tak pernah kamu ingat sebelumnya.

Masa lalu sering aktual dan relevan. Mereka yang melupakan sejarah akan dikutuk untuk mengulangnya. Kemarin dan waktu-waktu sebelumnya adalah realitas yang telah lewat. Sekeras apapun kamu ingin, selelah apapun kamu berusaha, ia tidak bisa diulang. Kamu hanya bisa menerima dan belajar. Lantas jika kamu cukup beruntung, kesempatan yang hilang akan datang lagi dan kamu akan merayakan hidup dengan memperbaiki kesalahan. Tapi tak semua orang punya kemujuran ini.

Kukira tidak semua hal di masa lalu perlu diingat. Kamu hanya perlu memilih apa yang penting. Sialnya itu bukan cara kerja memori. Sejarah bisa muncul begitu saja tanpa bisa dikendalikan.

--

--

dhani
dhani

Written by dhani

Spinning tales with the remnants of broken hearts, because why waste good pain?

No responses yet