Hari Kesepuluh

dhani
2 min readSep 20, 2020

Your best friend.

Kukira teman baik adalah saudara, seseorang yang secara sadar kamu pilih sebagai manusia penting selain dirimu. Kami kenal sejak 2006, hingga hari ini, ia orang yang kuanggap lebih berharga dari ibuku sendiri. Barangkali kelak, jika aku mati dilahrikan sebagai anjing, aku berharap orang ini yang merawatku, sebagai French Bulldog.

Ia merawatku ketika sakit, saat dokter mesti memasukkan obat ke lubang pantat, ia dengan sigap menolak. Sembari tertawa merekam seorang suster yang sial harus menggantikan perannya. Ia tertawa girang sekali, seperti kegembiraan para korban Lumpur Lapindo jika mereka boleh meninju dagu keluarga Bakrie.

Orang ini juga dua kali melihatku patah hati, kehilangan, dan berduka karena kehilangan cinta. Pertama saat kuliah, usai jalan kaki hingga lelah, usai merasa perih, aku datang ke rumahnya dengan kekalahan. Ia menerimaku, membuatkanku mie rebus dengan cabe, jeruk panas, lantas membiarkanku sendiri tidur di sebelah kamarnya. Sebelum pergi, mematikan lampu, ia bertanya padaku.

“Kowe ra popo su?”

“Ra popo,” jawabku.

“Tenan?” katanya.

“Beberapa hal hanya perlu dimasukkan dalam peti, dikunci lalu dibuang ke laut,” kataku.

Ia menuliskan percakapan kami dalam blognya. Malam itu aku menangis sejadi-jadinya. Besoknya kami diam dan aku pulang. Barangkali hubungan kami semacam ini. Kami tahu dan mengerti tanpa harus bicara, atau aku pikir dia tahu apa yang aku rasakan dan pikirkan tanpa bicara. Aku berharap kalian punya teman semacam ini, orang yang bisa memahamimu luar dalam, hingga kalian hanya perlu diam, menangis, dan utuh setelahnya.

Ia jadi sumber kegembiraan dan penderitaan. Ia bisa menghadirkan cerita-cerita lucu dari penderitaan orang lain. Misalnya teman kami yang dibuat percaya bahwa Mozart adalah agen rahasia Israel yang bekerja untuk Mossad. Atau keisengannya membajak akun media sosial, nomor orang, hanya untuk bercakap-cakap dan membuat aib teman kami yang lain tersebar. Kukira sahabat adalah jenis manusia yang kamu ijinkan untuk membuatmu menderita, sembari tertawa bersama mengingat penderitaan itu.

Lain waktu ia juga mengajarkanku tentang kerelaan. Bagaimana menghadapi kehilangan, bagaimana menghadapi pengkhianatan, dan bagaimana cara menjalani hidup setelah perpisahan. Ia karang, barangkali juga langit yang luas, atau karet yang pejal. Ia memberikanmu alasan bahwa hidup akan menginjakmu, membuatmu jatuh, mengkhianati niat baikmu, tapi ia juga memberikanmu ganti yang lain, yang lebih baik, yang lebih tulus, dan jangan pernah berhenti jadi orang baik.

Orang ini juga yang menerimaku ketika aku dituduh jadi penjahat, jadi orang yang buruk, menemaniku berhari-hari, memulihkan kesadaranku, dan orang yang membantuku melewati patah hati yang lain. Aku berharap kelak, nasib mujur, kebaikan, dan rejeki yang banyak agar bisa jalan-jalan, menonton konser, atau merepotkan sahabat-sahabatnya yang lain.

--

--

dhani
dhani

Written by dhani

Spinning tales with the remnants of broken hearts, because why waste good pain?

No responses yet