Places you want to visit.
Aku selalu ingin pergi ke Jepang, tapi karena aku benci naik pesawat, keinginan itu selalu ditunda. Mungkin jika ada pelayaran atau kapal laut yang mengangkut dari Batam ke Jepang, aku ingin pergi ke sana. Agak klise sebenarnya. Sejak kecil, sejak hari minggu berisi Doraemon, Dragon Ball, dan Shin Chan, aku selalu berharap bisa datang ke negeri itu sebagai peziarah yang dengan tawadhu mencari pencerahan. Perjalanan spiritual untuk mengembangkan iman pada Yang Maha Agung.
Tempat lain yang ingin kukunjungi adalah Bima, di Nusa Tenggara Barat, tempat ibuku tumbuh dan berkembang. Di sana, di tanah di mana kuda-kuda berpacu di antara debu, langit biru, dan matahari yang terik, ibuku pernah bercerita tentang bagaimana kakek melindungi seorang tionghoa yang dituduh PKI. Sebagai veteran, tentara aktif yang pernah ikut perang melawan Belanda, ia tahu resiko melindungi seseorang yang dituduh komunis. Hingga hari ini aku masih ingin datang ke tanah itu, berziarah di makam kakek.
Destinasi kukira tidak melulu soal letak geografis atau satu titik di peta. Aku ingin pulang ke pelukan ibuku, mencium keningnya, dan menemaninya memasak di hadapan tungku penuh bara. Rumahku di Jawa Timur sana, terletak di hadapan pematang sawah yang luas, sore hari jika kamu cukup beruntung, kamu bisa melihat Gunung Argopuro berwarna biru, dan awan-awan serupa kabut yang mengelilinginya. Sore hari suara anak mengaji dan wangi masakan ibu-ibu yang menyiapkan makan malam akan menyambut kedatanganmu.
Aku juga ingin pergi ke dunia di mana Harvest Moon berada. Sebuah kota dengan pantai, kebun, gunung, danau, gua, dan warga desa yang berbahagia. Mineral Town yang jauh dari bising, dikelilingi alam, dan hanya perlu menanam untuk bisa hidup. Kukira ini gambaran paling sempurna keegoisan manusia. Ingin bekerja dengan merusak di kota, lantas pulang dengan hidup nyaman di desa. Kita membuat kebijakan yang merusak di pusat peradaban, lantas saat kita kembali ke rumah, asal kita tinggal berharap semuanya baik-baik saja.
Tempat lain yang ingin kukunjungi adalah rumah Si Doel. Kukira kediaman itu adalah gambaran sempurna tempat tinggal. Penuh pohon, halaman luas, kamar yang lapang, ruang tengah yang terbuka, dan segala penjuru dapat diakses terbuka. Aku selalu percaya semakin sederhana rumah, semakin ia nyaman dihuni. Membayangkan dapur tungku, sumur, dan kamar mandi yang terbuka. Seperti gambaran rumah-rumah dalam film TVRI tahun 1980. Segalanya masih asri dan kejahatan Orde Baru tidak banyak terungkap.