Hari Keduapuluh enam

dhani
2 min readOct 6, 2020

Sekolahku

Sebelum sekolah, ibu membekaliku dengan kerupuk. Bukan untuk bekal, tapi untuk barang dagangan, jika laku, keuntungannya dipakai untuk uang saku. Kukira ini cara ibuku merawat dan mengajariku tentang pentingnya uang. Meski sekarang aku menyesal tak menabung lebih banyak, atau tak memiliki lebih banyak pegangan, tapi aku merasa pelajaran yang kudapat dari pendidikan di luar sekolah membentuk kepribadianku hari ini.

Di sekolah aku tak punya banyak teman. Mungkin karena rendah diri, kurang percaya bahwa aku punya kualitas baik sebagai manusia, aku mengurung diri di perpustakaan atau rental game. Saat sekolah menengah pertama, kelasku dimulai pukul 12.30 siang, sejak jam 9 aku telah berangkat sekolah, menggunakan sepeda menuju rental game. Dengan seragam lengkap, rambut klimis minyak rambut Brisk, di bawah terik matahari, main playstation hingga waktu sekolah tiba.

Di SMA aku bertemu beberapa sabahat, orang yang sama anehnya, mau menerima kekurangan dan kejayusanku. Aku tak punya bakat melucu, hal yang lucu mungkin hidupku dan ini komedi yang tak banyak orang bisa nikmati. Orang-orang ini memacuku untuk belajar menerima diri sendiri, bahwa seburuk apapun hidupku, meski kadang tak punya sikap jelas, mereka menerimaku sebagai sahabat. Kami melewati masa kuliah bersama dan jadi saudara tanpa disepakati.

Kuliah adalah tempat aku menemukan lebih banyak untuk dipahami. Beberapa orang di kampus mengajarkanku untuk mengenal manusia lain lewat perbedaan. Seperti cara menyembah tuhan, memaknai keimanan, dan cara menjalani hidup. Kampus adalah tempatku menempa diri, seperti manusia yang dilahirkan kembali, bacaan juga kesempatan belajar membuatku jadi orang yang lain. Orang yang tak lagi mengutuk mereka yang berbeda sebagai kafir penghuni neraka, tapi manusia yang menyembah tuhan dengan cara berbeda.

Di tempat kerja aku belajar menjaga integritas dan kepercayaan. Meski pernah membuat kecewa, aku belajar untuk mengakui kesalahan dan tak mengulangi pengkhianatan. Sekolah semestinya bukan terbatas pada ruang kelas, tapi segala tempat yang membuatmu belajar hal baru, mengembangkan dirimu, dan yang paling penting membuatmu jadi manusia yang lebih baik

--

--

dhani
dhani

Written by dhani

Spinning tales with the remnants of broken hearts, because why waste good pain?

No responses yet