Things that makes you happy:
Membaca buku itu membuat kita sadar bahwa pengetahuan di dunia begitu banyak, kehidupan kita demikian sepele, dan betap bebal diri kita dalam menjalani hidup. Ini mengapa, membaca semestinya jadi kegiatan wajib untuk membangun karakter, menciptakan daya pikir yang lebih bermutu, dan menciptakan kepedulian. Tentu aku tidak berharap kalian menerjemahkan membaca sebagai kegiatan adiluhung, seperti kita menganggap olahraga adalah kegiatan suci. Ia semestinya diperlakukan sebagai usaha untuk meningkatkan kualitas hidup.
Jika kita paham hal ini, membaca, olahraga, istirahat, bermain, bernyanyi, dan bergembira bisa jadi hal-hal yang wajar. Sesuatu yang dilakukan sesederhana bernafas, sesederhana makan siang, atau tidur saat malam hari. Membaca itu usaha personal, ia dilakukan sendirian, dan kerap kali pemaknaan terhadap bahan bacaan adalah pergulatan sepanjang hayat. Mereka yang membaca kitab suci, mereka yang menerjemahkan buku sejarah, adalah manusia-manusia yang bersetia pada satu bacaan.
Santo Thomas Aquinas pernah berkata “hominem unius libri timeo”, aku takut pada orang-orang yang hanya membaca satu buku. Mereka yang membaca satu hal secara konstan hanya bersandar pada satu hal belaka. Ia terkungkung pada dunia yang tunggal. Membaca banyak buku membantu kita memahami lebih luas perihal dunia yang sumbing, segala yang cacat akan jadi sempurna jika kita punya pemahaman yang utuh. Ini bisa dicapai jika kita mau sedikit lebih berusaha dengan membaca lebih banyak.
James Warner, seorang kolumnis dari Identity Theory, pernah menuliskan sebuah artikel menarik yang berjudul “Mengapa tak semua orang gemar membaca”. Di sana ia berargumen bahwa kemampuan literer seseorang tak sama dengan yang lain. Seseorang bisa saja sangat memuja Tolstoy, sementara yang lain akan dengan keji menghina Flaubert. Seorang Shakesperian akan menemukan bahwa Soneta yang dibikin Dante sungguh membosankan. Atau penggila Gabo akan berseberang secara membabi buta dengan Carlos Fuentes.
Membaca bisa jadi sebuah sikap politis yang membuat seseorang melakukan tindakan kekanak-kanakan. Meski demikian kita memilih apa yang beracun buat hidup dan menikmatinya dengan gembira. Membaca bisa jadi racun jika ia mendorongmu jadi seorang fasis, banyak orang punya kegemaran yang merusak dan mereka hidup baik-baik saja. Selama ia membuatmu bahagia, kamu tahu resiko yang dihadirkan, rayakan apapun yang kamu mau.