Doa

dhani
3 min readMay 3, 2023
William Morris’s Windrush (1917–25). Original public domain image from The Art Institute Chicago. Digitally enhanced by rawpixel.

Nabi Muhammad, lelaki mulia yang dicintai Allah itu, mengajarkan banyak doa-doa untuk umatnya. Dalam doa-doa itu, ia memuji dan memuja Allah dengan banyak nama, dengan pujian yang tak pernah kita bayangkan sebelumnya, tak pernah ada sebelumnya, dan tak akan ada yang bisa menirunya.

Tapi bagaimana dengan hamba-hamba? Orang-orang biasa yang tidak semulia nabi dan rasul. Dengan dosa yang kita ulang setiap harinya? Adakah doa-doa baik yang bisa membuat Allah menjadi bermurah hati? Adakah doa-doa tulus yang membuat Allah menjadi maha pengasih? Adakah doa-doa getir yang membuat Allah menjadi iba?

Beberapa hari ini aku mendengar banyak kutbah dari ulama seperti Mufti Menk, Gus Baha’, atau Nouman Ali Khan. Orang-orang dengan budi baik dan kebajikan itu memberiku harapan, bercerita tentang manusia-manusia pendosa yang menemukan jalan terang, pengharapan di antara segala keputusasaan.

Aku lantas mendengar kisah Nabi Muhammad di balik turunnya surat Ad Dhuha. Apakah kita bisa kuat dan teguh seperti Rasul? Saat kehilangan harapan, saat merasa sendiri, saat merasa tidak dicintai, saat segalanya terasa tidak layak dijalani, saat hidup sepertinya tak punya nilai sama sekali.

Tapi Allah Maha Hadir memberikan petunjuk untuk umat yang sedang sedih. Allah yang Maha Mengerti bersama mereka yang cemas dan sendiri. Allah yang Maha Singgah menemani umatnya yang tak kuat mengadapi ujian. Barangkali, kita adalah hamba yang tak penting, sepele lagi insignifikan, Tapi dengan segala Kehadiran dan Welas Asihnya, ia memberikan rejeki, makanan yang hangat, rumah yang teduh, jaket yang hangat.

Aku melihat orang-orang yang lebih zuhud, para umat utama, manusia pilihan, manusia yang memiliki iman begitu utuh, sehingga gunung-gunung juga langit mungkin iri karena tak punya kesempatan beriman seperti mereka. Para muslim di Palestina, di daerah konflik, yang dalam kemiskinan, kelaparan, kedinginan, masih merasa cukup, masih mencintai ajaran nabi dan memuliakan Allah dengan segala ke-dhaifannya.

Aku ingin berdoa dengan bahasa sederhana, kalimat yang tak indah, karena sebagai umat yang lemah, umat yang sebenarnya tak layak mendapatkan rejeki, mendapatkan nikmat, mendapatkan keberkahan, Allah yang Maha Memberi, masih merelakan karunianya aku nikmati, masih mengijinkan aku sholat, masih memaafkan saat aku berdosa, dan barangkali masih memberikan petunjuk meski aku telah jauh tersesat.

Aku ingin berdoa dengan bergegas, karena aku takut menghabiskan waktu Allah yang berharga. Bukankah lebih baik ia mendengarkan doa-doa umat yang salih? Pujian-pujian muslim yang lebih taat? Aku tak tahu apakah aku layak diberikan kesempatan meminta, aku tak tahu apakah aku masih punya hak memohon, tapi jika boleh aku ingin sekali dicintai, diberikan ijin untuk masih menjadi hamba.

Aku berharap, di antara segala dosa dan kekhilafan yang aku buat sepanjang hayat, Allah yang Maha Memahami akan mengampuni. Allah yang Maha Mengerti akan memberikan aku kesempatan untuk diberikan kesempatan mencintai-Nya dan Rasulnya. Aku berharap sebagai yang tak berhak dicintai dan tak layak diberi nikmat, aku masih boleh memohon pada-Nya.

Ya Allah, hambamu yang tak penting dan sepele ini, berharap diberikan kekuatan, nasib mujur, keberanian melakukan hal yang benar, hati yang teguh, serta kesehatan yang bisa membawa dirinya sendiri dan orang yang aku cintai, bahagia.

Amin.

--

--

dhani
dhani

Written by dhani

Spinning tales with the remnants of broken hearts, because why waste good pain?

Responses (8)