Dewasa

dhani
3 min readMay 14, 2020

Growing up
What are we supposed to see, to feel, to meet
Growing up
What are we supposed to miss, to keep, to leave

Tidak ada yang lebih menyakitkan dari tumbuh dewasa, tidak ada yang lebih menyebalkan daripada kehilangan orang yang disayang. Menjadi dewasa itu merepotkan karena kita harus bertanggung jawab atas tiap keputusan yang diambil. Kamu tak pernah diajari manual menjadi dewasa, kamu hanya diajari apa saja yang perlu disiapkan untuk jadi dewasa. Tapi demikianlah hidup dan kita dipaksa menjalaninya.

Kamu akan belajar untuk menghadapi hidup sendirian. Jika dulu kamu punya orang tua yang bisa mengatasi tiap masalah yang menyusahkanmu, kini masalah-masalah yang kamu bikin harus dihadapi sendiri. Tiap-tiap penderitaan, tiap-tiap kesepian, dan tiap-tiap penyesalan akan kamu hadapi sendiri. Dari situ kamu akan jadi dewasa, jadi orang yang lain, jadi sosok yang berbeda dari hari sebelumnya.

Kamu akan dipaksa menghadapi hal mengerikan sendirian. Jika dulu kamu punya orang tua, teman, keluarga, saudara, yang bisa kamu andalkan untuk menghadapi teror, kini kamu harus belajar menaklukkan ketakutan itu sendirian. Kamu akan belajar untuk berani, kamu akan belajar untuk bertahan, dan yang paling penting, kamu akan mulai mengenali potensi dirimu sendiri.

Kamu akan dipaksa untuk mengenal dirimu sendiri. Kamu akan tahu apa yang salah darimu, apa yang perlu kamu benahi, apa yang perlu kamu kembangkan. Kamu akan jadi sosok yang lebih baik. Kamu akan menghargai orang lain. Kamu akan memahami bahwa tiap manusia punya jalan dan perjuangannya masing-masing. Kamu akan menyadari bahwa menghargai orang lain dimulai dari mengenal diri sendiri.

Kamu akan belajar untuk memaafkan kesalahanmu sendiri sebelum kamu memaafkan orang lain. Kamu akan belajar untuk mengenal kekuranganmu sendiri. Bahwa sebelum kamu menyintas dari sebuah tragedi, kamu akan merengkuh perasaan-perasaan tak berdayamu, menjalaninya sebagai sebuah pembelajaran yang mendewasakan. Karena tumbuh dewasa itu menyakitkan, tapi juga melegakan.

Kamu akan belajar untuk berkata tidak, belajar untuk menolak, dan belajar untuk memprioritaskan dirimu sendiri ketimbang orang lain. Kamu akan belajar bahwa pada satu titik kamu harus jujur pada dirimu sendiri. Kamu akan menolak menyenangkan orang lain. Kamu akan belajar untuk memahami bahwa tidak semua keinginan harus dipenuhi. Setelah itu kamu akan belajar untuk memahami bahwa tiap pengorbanan harus dipikirkan matang-matang.

Kamu akan jatuh cinta dan dikecewakan, tapi kamu akan belajar, tidak semua cinta menyakiti. Beberapa cinta mendewasakan. Beberapa cinta harus kandas dan berakhir pedih agar kamu lebih kuat. Seperti vaksin, seperti imunisasi yang membuatmu lebih tahan. Kelak kamu akan belajar tidak semua hal perlu disesali, beberapa hal perlu berakhir buruk agar kamu menjadi lebih baik.

Kamu akan belajar bahwa memprioritaskan diri sendiri bukanlah tindakan egois. Karena kamu tahu, sebelum menolong orang lain, kamu harus bisa menjamin keselamatan dirimu sendiri. Bahwa tidak semua orang perlu dibantu dan tidak semua orang layak diperjuangkan sebagai teman. Menjaga lingkaran pertemanan tetap kecil, tetap intim, dan tetap murni sebagai cagar akal sehatmu sendiri.

Kamu akan terus disakiti tapi belajar memaafkan. Bahwa tidak semua orang yang jahat padamu melakukan itu dengan sengaja. Kamu akan belajar memaafkan adalah tindakan paling membebaskan. Merelakan adalah tindakan paling melegakan. Dan kedewasaan tidak diukur dari kemampuanmu memiliki rumah sendiri, mobil terbaru, atau gadget tercanggih. Dewasa adalah mampu menahan keinginanmu sendiri.

Pada akhirnya kamu akan memanggul salibmu sendirian. Tiap-tiap cerita, tiap-tiap perjalanan, dan tiap-tiap pilihan kita ambil sendirian. Menjadi dewasa itu merepotkan, melelahkan, dan kamu dipaksa menjalaninya sendirian. Tapi jika kamu beruntung, kamu akan menjalani semua itu dengan seseorang yang peduli padamu. Kalian bisa menjalani kesendirian itu bersama-sama.

When it hurts
Still hurts every time
One leaves, one ceases

--

--

dhani
dhani

Written by dhani

Spinning tales with the remnants of broken hearts, because why waste good pain?

No responses yet