Boikot

dhani
4 min readNov 1, 2023
Japanese vintage original woodblock print from Yatsuo no tsubaki (1860–1869) by Taguchi Tomoki. Digitally enhanced from our own antique woodblock print.

Mengapa Boikot?

Bertahun lalu saya suka gegabah menyebut, kalo anti yahudi kenapa pake Facebook atau teknologi yang dipakai oleh orang yahudi? Barangkali karena kurangnya pengetahuan dan juga strategi gerakan, membuat saya demikian congkak dan merasa jenius membuat pernyataan itu.

Seiring berjalannya waktu saya menyadari, Facebok dan segala teknologi yang ada di internet tidak monolitik. Ia adalah kerja kolektif dari berbagai programer yang memiliki latar belakang beragam. Nyaris seluruh produk teknologi yang ada saat ini dibangun dari Linux dan kode yang dikembangkan secara open source.

Barangkali ini yang kemudian membuat saya menolak, boikot terhadap Israel atau penjajahan Palestina tidak harus menolak memakai FB, IG, atau Google. Ada banyak cara yang efektif dan bisa lebih baik. Misalnya dengan mendukung gerakan dari Boycott, Divestment, and Sanctions (BDS), yang merupakan gerakan global yang mempromosikan boikot ekonomi, divestasi, dan sanksi terhadap Israel sampai pemerintahnya mematuhi hukum internasional dan menghormati hak-hak dasar rakyat Palestina.

Gerakan ini sukses menarik perhatian pada 2017, karena berhasil membuat Lorde membatalkan konser di Israel sebagai tanggapan terhadap seruan boikot dari gerakan BDS terhadap Israel. Keputusannya ini mengilhami kita untuk memahami potensi kekuatan boikot sebagai alat efektif untuk membawa perubahan.

Sejarah mencatat beragam bentuk dan tujuan gerakan boikot. Di Indonesia, pada masa penjajahan kolonial, para pekerja kereta api pernah berhasil menggugat penguasa dengan menyuarakan boikot, yang menyebabkan kerugian besar bagi penjajah. Prinsip dasar boikot adalah menciptakan gangguan, tekanan, atau kerusuhan yang merugikan penguasa atau pengusaha. Dengan cara ini, penguasa dan pengusaha terpaksa membuat pilihan sulit: melanjutkan kebijakan jahat dengan konsekuensi merugi atau tunduk dan memasuki negosiasi.

Boikot adalah obat mujarab yang menyerang di tempat yang paling sensitif bagi kelompok kapitalis, komprador, dan tiran. Arus kapital ini seringkali memicu kebijakan yang merugikan manusia. Oleh karena itu, menghina mereka yang ingin melakukan boikot adalah tidak beralasan. Boikot telah terbukti efektif dalam menekan perusahaan multinasional dan pemerintah totaliter.

Contoh nyata boikot adalah gerakan yang dilakukan oleh United Methodist Church, sebuah gereja dengan 7 juta anggota. Mereka mengancam untuk menarik dana dan investasi mereka dari lima bank Amerika yang mendukung penjajahan Israel dan pemukiman ilegal. Hasilnya, lima bank tersebut berkomitmen untuk tidak mendukung pendudukan Palestina di seluruh dunia.

Apakah boikot hanya efektif di luar negeri? Tentu tidak. Di Indonesia, pada tahun 2017, buruh AICE sukses melakukan boikot dan protes yang memaksa perusahaan untuk mengangkat lebih dari 600 buruh sebagai pegawai tetap. Ini mungkin terasa asing bagi mereka yang biasa tunduk, tetapi bukan hal baru bagi mereka yang terbiasa berjuang. Saat ini, para buruh masih memperjuangkan keadilan, dan jika Anda memiliki sumber daya dan pengetahuan, serukan teman-teman Anda untuk mencari tahu lebih banyak tentang kasus AICE dan, jika perlu, berikan dukungan kepada para buruh.

Misalnya, jika Anda ingin melakukan boikot terhadap Amerika karena keputusan mereka tentang Yerusalem, itu tidak berarti Anda harus berhenti menggunakan platform media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, atau YouTube untuk menyampaikan protes Anda. Ini adalah tindakan taktis yang rasional.

Selain itu, boikot juga dapat digunakan untuk mengekspos dan menunjukkan bahwa masyarakat memiliki kekuatan dalam pengaruh terhadap kebijakan publik. Contohnya, Greenpeace merilis perusahaan yang menggunakan produk berbahan sawit dari perusahaan yang membakar hutan dan lahan. Orang-orang merasa memiliki beban moral untuk tidak lagi menggunakan produk perusahaan tersebut, yang pada gilirannya memaksa perusahaan sawit tersebut untuk menghentikan pembakaran hutan dan berkomitmen pada pelestarian lingkungan.

Gerakan boikot Israel telah berkembang menjadi gerakan kolektif global dengan banyak kampanye sukses melawan perusahaan-perusahaan yang bekerja sama dengan Israel, termasuk perbankan, penyedia jasa kontraktor, dan produsen makanan. Meskipun ini adalah kemenangan kecil, boikot adalah jalur yang sah untuk perjuangan.

Beberapa boikot yang sukses lain misalnya terjadi pada 2018, Airbnb mengumumkan kebijakan baru yang menghentikan daftar properti di pemukiman ilegal di Tepi Barat yang diduduki oleh Israel. Keputusan ini diambil setelah kampanye BDS yang menekan Airbnb untuk menghentikan bisnis dengan pemilik properti di wilayah pendudukan Israel. Ini dianggap sebagai kemenangan besar oleh gerakan BDS.

Penting juga untuk mendukung gerakan boikot yang ditujukan kepada pemerintah. Sebagai contoh, pada Juli 2018, Senat Irlandia menyetujui The Occupied Territories Bill, yang memberikan sanksi bagi perusahaan yang mengimpor produk dari wilayah jajahan Israel di Palestina. Model serupa dapat digunakan di Indonesia jika negara ini memiliki keberanian untuk melawan industri sawit, tambang, atau perusahaan properti yang merampas tanah warga.

Dalam konteks Prancis, boikot perlu diterapkan dengan alasan yang jelas. Misalnya, kita dapat mendukung boikot untuk mendorong Prancis menghentikan keterlibatannya dalam perang Suriah, berhenti menjual senjata ke Arab Saudi untuk perang di Yaman, atau mendesak pemerintahan Macron untuk mengakui dosa kolonialisme dan meminta maaf kepada negara-negara seperti Aljazair, Tunisia, Suriah, dan Lebanon. Ini adalah cara untuk menjadikan Indonesia sebagai aktor yang berdaulat dalam urusan internasional.

Jangan takut bahwa boikot tidak akan berhasil. Kampanye boikot adalah perjalanan panjang, bukan lari cepat. Jika hasilnya tidak langsung terlihat, kita hanya perlu terus berusaha. Ada banyak contoh keberhasilan boikot, seperti Cartier yang berkomitmen untuk tidak lagi membeli batu mulia dari Myanmar pada tahun 2017 setelah tekanan dari aktivis kemanusiaan.

Selain itu, aktivis pecinta hewan telah memaksa brand fashion seperti Sandro, Maje, dan Claudie Pierlot untuk tidak lagi menggunakan bulu atau kulit hewan langka dalam produk mereka. Boikot bisa berhasil, terutama saat situasi ekonomi memburuk, dan jika alasan dibaliknya jelas dan kuat.

--

--

dhani
dhani

Written by dhani

Spinning tales with the remnants of broken hearts, because why waste good pain?

No responses yet