Aku hanya ingin bahagia, seringkali, sesuatu yang sepele lahir dari kerumitan yang tak perlu. Beberapa hari ini aku dirundung ketakutan; kehilangan pekerjaan, tak akan menemukan cinta, dan berakhir jadi beban keluarga. Ingin bahagia itu rumit, ia abstrak karena tak pernah benar-benar jelas. Segala yang rumit, susah, dan kompleks, hanya akan membuat kita cemas.
Aku berharap bisa menemukan jalan keluar, maka yang bisa dilakukan, adalah mencoba memberikan nama pada kebahagiaan yang kuinginkan. Aku memberi nama kebahagiaan itu dengan bisa jalan kaki setiap hari, maka aku jalan saban pagi. Aku memberi nama kebahagiaan itu bisa melihat langit sore, kebun yang luas, dan sawah yang hijau, maka aku pergi mencari mereka.
Aku tak lagi dijebak oleh ketakutan. Ketakutan akan pekerjaan, karena aku tahu aku punya keterampilan yang bisa dipakai, aku tahu aku suka menulis dan apa yang kubuat dibaca orang. Aku berharap orang tetap membaca tulisanku, dan jika mereka mau, membeli karya yang kutulis. Maka aku akan menulis untuk bisa hidup.
Hidup seringkali adalah pilihan-pilihan dengan konsekuensi yang menunggu. Aku takut menemukan cinta, maka aku merawat diriku sendiri. Jika tak ada orang lain yang mencintaiku, maka aku akan coba menyayangi diriku lebih baik dari ini. Karena cuma itu yang aku miliki saat ini, semoga jika nasibku mujur, aku menemukan seseorang yang cukup baik untuk diajak hidup bersama.
Sementara itu, aku akan terus berusaha, sebaik-baiknya. Semoga kamu juga.
