Akhir

dhani
2 min readSep 13, 2021
Girl in the Californian desert

Pagi ini Aku bangun dengan kepala seperti diinjak beruk yang sedang birahi. Barangkali beruk-beruk itu adalah doa-doa buruk dari para korban gusuran yang tak bisa melawan pejabat tengik. Tapi tentu bukan soal ini Aku menulis pesan padamu. Sudah setahun kita tak bicara dan aku merindukanmu.

Setiap hari Aku bangun dengan keyakinan kelak, barangkali, jika nasib sebaik Nabi Musa — tersesat puluhan tahun di padang pasir sampai akhirnya menemui jalan pulang — kita akan berjumpa lagi. Selama ini aku membayangkan Kamu sebagai rumah, sebagai kampung halaman.

Tapi tentu Kamu bukan rumah dan Aku bukan Musa, jika ada kemiripan dengan cerita Musa, barangkali Aku adalah kaum majusi yang keras kepala menyembah anak lembu saat ditinggal rasul ke gunung Sinai. Berperilaku seperti remaja tanggung yang tak tahu diri dan kerap merepotkan teman-temannya.

Aku berharap kamu baik-baik saja. Setahun berpisah tak membuatku jadi baik. Yang berbeda mungkin jumlah uban di kepala dan lipatan lemak yang makin berlembar-lembar. Kukira itu hal baik. Orang mungkin akan tertipu bahwa jumlah uban itu menggambarkan kebijaksanaan, padahal bisa jadi itu produk pengar dikejar hutang setiap harinya.

Terima kasih setahun terakhir kamu sabar menunggu. Iya, Aku sudah berpisah dengan pacarku, sempat merasa itu akhir dunia, tapi sekarang sudah lebih baik. Aku punya kecemasan lain yang membikin jantungku bekerja lebih keras. Investasi di crypto, kamu tahu? Uang digital yang tak jelas itu.

Besok Aku akan sampai di Jakarta lagi, tak tahu perasaan-perasaan apalagi yang akan membuatku cemas, tapi yakinlah, ini sudah jauh lebih tenang. Mungkin bukan jenis tenang seperti yang Kamu bayangkan, tapi bisa katakan padamu, selama di Sleman aku tidur cukup nyenyak.

Jakarta hanya satu kota yang penuh kenangan, bukan Jerusalem yang dipenuhi zionis penjajah Palestina. Mungkin aku akan bisa menahan diri untuk tidak kambuh, menangis, atau bahkan melukai diri sendiri. Sekali lagi, Aku tak mau Kamu khawatir.

Oh iya, Aku tak akan membawa oleh-oleh. Segala test untuk menghindari persebaran Covid brengsek ini sudah terlalu merepotkan. Aku hanya membawa dua botol fermentasi untuk kuminum jika nanti cemas. Tentu Kamu boleh mencicipinya.

Aku masih harus menemui induk semang untuk memperpanjang kontrakanku setahun ke depan. Sleman sepertinya kota yang akan jadi tempat Aku mati. Kelak jika memang mati, aku berharap kamu membuat konser kecil di Jakarta. Nyanyikan lagu Blackbird dan tertawa sekencang-kencangnya. Kita berdua sudah cukup banyak menangis.

--

--

dhani
dhani

Written by dhani

Spinning tales with the remnants of broken hearts, because why waste good pain?

Responses (1)